Arsip Blog

Kemacetan di Tanjung Barat

Kemacetan di tanjung barat kerap kali terjadi pada pagi hari, tepatnya pada saat jam berangkat kerja. Dari waktunya saja sudah terlihat sebab kemacetan di tanjung barat, yang pertama adalah karena aktivitas berangkat kerja semua memiliki jam yang sama. Memiiki pekerjaan identik dengan berpenghasilan dan tempat yang di tuju adaah daerah perkantoran di jakarta selatan. Dimana perkantoran jakarta selatan merupakan daerah perkantoran bergengsi, yang menyebabkan karyawannya mayoritas memiliki kendaraan pribadi.

Penyebab kemacetan di Tanjung Barat jika di urutkan adalah

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk DKI jakarta tiap tahun kian bertambah, berdasarkan hasil sensus 2010 jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai 9,6 juta jiwa. Angka tersebut merupakan angka yang sangat tinggi karena berdasarkan dinas tata ruang, jumlah penduduk jakarta harusnya 12,5 juta jiwa dan itu dicapai untuk tahun 2030. Dan ditambah warga luar yang beraktivitas di jakarta sejumlah 2,5 juta jiwa jadi saat siang hari total penduduk yang ada di jakarta sejumlah 12,1 juta jiwa di luas kota jakarta yang hanya 660 km2. Hal ini sudah sangat mendekati ambang batas untuk penduduk DKI Jakarta yang seharusnya jumlah 12, juta jiwa dicapai pada tahun 2030.

2. Hinterland Jakarta

Jumlah penduduk makin tahun makin membludak untuk ibukota jakarta, hal itulah yang menyebabkan generasi muda jakarta yang telah berumahtangga memilih tinggal diluar ibukota namun tidak jauh dari ibukota karena harga tanah di daerah hinterland jakarta seperti depok lebih rendah dari jakarta dan kondisi air tanah depok pun masih bagus sehingga pengeluaran untuk air bersih seperti PAM bisa di simpan untuk kebutuhan lainnya.

Jalan Tanjung barat bisa dibilang sebagai akses utama menuju jakarta khususnya kedaerah perkantoran Jakarta selatan dari daerah hinterland jakarta seperti depok. Selain dari depok tentunya ada juga yang dari Bogor. Aktivitasnya pun tidak sepenuhnya karena mencari uang (bekerja) tapi juga karena tuntutan atau kebutuhan akan pendidikan, sosial, dll.

Daerah hinterland jakarta tidak hanya mendatangkan pekerja yang dibutuhkan di jakarta, tapi juga kebutuhan sehari-hari seperti sayuran yang tidak bisa dihasilkan oleh Jakarta. Namun pentingnya daerah hinterland untuk jakarta tidak terlalu berpengaruh, karena umumnya dalam memasok kebutuhan jakarta selain pekerja kantoran di distribusikan pada malam, maupun dini hari.

3. Banyaknya kendaraan pribadi

Biaya hidup, atau pengeluaran sehari-hari di daerah hinterland seperti depok lebih rendah daripada di jakarta namun mereka memiliki penghasilan ibukota serta jarak tempuh menuju kantor lebih jauh menyebabkan kebutuhan akan kendaraan ang nyaman meningkat seiring dengan jumlah penghasilan yang mereka dapatkan. Hal ini lah yang menyebabkan jumlah kendaraan pribadi membludak. Melihat kondisi diatas, terlihat dengan jelas kepadatan penduduk jakarta yang berpindah kedepok menyebabkan jalan tanjung barat menuju cilandak dan pasar minggu padat merayap karena jalan tanjung barat merupakan jalan akses utama dari depok untuk menuju lokasi perkantoran yang berada di Jakarta Selatan. Jumlah kendaraan pribadi yang ada di jakarta terhitung sejumlah 11 juta unit yang berlalu lalang setiap harinya.

4. Banyaknya angkutan umum atau bus

Tentunya tidak semua orang yang berada di daerah hinterland berfikir yang sama dalam memiliki kendaraan pribadi untuk dipakainya menuju kantor, dan tidak semuanya pula yang memiliki kendaraan sehingga mereka yang memilih memakai kendaaan umum dan yang memang tidak memiliki kendaraan membutuhkan transportasi masal, dan karena jumlah yang menggunakan transportasi masal lebih banyak dari daerah hinterland menyebabkan pada jam sibuk atau berangkat kerja transportasi massal yang beroperasi lebih banyak seperti biasanya seperti bus, angkutan umum menuju jakarta timur, pasar minggu atau lebak bulus, dll. Hal ini berarti menambah jumlah kendaraan yang memaki jalan dan jenis modanya bervariasi terutama dalam hal besar seperti bus. Dan penurunan penumpang yang tidak pada tempatnya seperti halte juga menjadi penyebab kemacetan di tanjung barat.

5. Perlintasan kereta api dan lampu lalin

Waktu lampu hijau yang begitu cepat. Sering baru 4-5 mobil yang berjalan lampu sudah kembali merah. Padahal antrian bisa mencapai 1 km atau sekitar 200 mobil. Untuk hal ini mungkin solusinya adalah memperpanjang waktu lampu hijau di tiap tempat jadi 1,5 atau 2 menit. Ditambah lagi perlintasan kereta api menjadi ramai karena jam orang melakukan aktivitas sehingga yang beroperasi lebih banyak. Saat kereta api melintas kendaraan yang ingin menuju jakarta timur harusnya mendapatkan lampu hijau namun tak digunakan sedangkan saat kereta tidak melintas lampu lalu lintas untuk menuju jakarta timur justru merah sehingga menambah kemacetan karena kendaraan yang ingin menuju jakarta timur terhalangi yang menyebabkan kendaraan yang mau menuju cilandak maupun pasarminggu juga makin antri panjang.

6. Simpul jalan yang kurang efektif

tanjung barat 1

Diatas merupakan hasil dari citra geo eye-google earth mengenai jaringan jalan. Kami membuatnya sedikit lebih jelas dengan bentuk sketsa jaringan jalan, yaitu:

tanjung barat 2

Dan inilah gambaran tentang wilayah yang macet sekitar tanjung barat:

tanjung barat 3

Dalam kemacetan yang pertama, terihat bahwa disitu terdapat pertemuan 2 jalur akibat putaran jalan, seharusnya yang namanya jalan pertemuan memiliki lebar jalan yang cukup besar atau 2x lipat karena merupakan wilayah pertemuan. Selain itu angkutan sering mengetem atau menurunkan penumpang persis di angka 1 karena di sebrang jalan terdapat universitas indratama PGRI (kalau tidak salah namanya), karena universitasnya disebrang jalan maka para penyebrang juga menghambat sebab tidak terdapat jembatan penyebrangan. Di tambah lagi kuantitas kendaraan sangat banyak dengan tujuan yang sangat bervariasi. Untuk menelaan sumber kuantitas kendaraan yang mengantri untuk memutar adalah karena adanya perumahan dan tidak ada akses langsung bagi kendaraan yang dari cilandak untuk menuju depok, sehingga harus naik ke flyover dan memutar di ranco (No.1). Untuk lebih jelas pernyataan tidak ada jalan menuju depok adalah dengan melihat sketsa lebih detail, yaitu:

tanjung barat 4

Pada panah merah merupakan akses utama dari cilandak untuk menuju depok tapi sayangnya tidak ada akses. Jika anda berfikir adanya akses di panah bolak-balik berwarna hitam tapi itu harus berani melawan arah dan jalan itu jarang sekali dibuka oleh polisi, sehingga kami menggolongkan jalan lokal, jika nekat lewat sini untuk menuju depok resikonya sangat tinggi (biasanya motor termasuk 2 orang dikelompok kami pernah merasakannya). Oleh karena itu di putaran ranco kendaraan membludak ditambah yang berasal dari perumahan sekitar ranco.

Sedangkan titik kemacetan di No.2 lebih dikarenakan perlintasan kereta api, karena pada saat jam berangkat ke kantor pengoperasian kereta api sangat maksimal, sehingga saat lampu hijau dari arah tanjung barat mau ke jaktim harus terhenti, dengan artian lampu merahnya terjadi dua kali lipat lebih lama. Dan kendaraan yang mau menuju jakarta timur menjadi penghalang untuk kendaraan dari depok yang mau ke pasar minggu, sehingga menimbulkan kemacetan yang panjang.

Untuk titik macet no.3 karena kuantitas kendaraan yang berlebihan dari lenteng agung, depok atau bogor serta angkutan umum yang menurunkan penumpang di depan stasiun kereta tanjung barat.

Untuk titik macet 4 ini dikarenakan pertemuan antara kendaraan dari tanjung barat, flyover dari arah jaktim, putaran dari cilandak sehingga menimbulkan kemacetan, ditambah ada pintu masuk tol yang antriannya juga sebagai penyebab kemacetan, apalagi jika yang mau masuk tol berasal dari arah tanjung barat, berarti kendaraan tersubut harus memotong jalan yang muter dari arah cilandak dan flyover untuk berada di jalur sebelah kanan.

Dari banyak penyebab diatas kami menyimpulkan penyebab utama kemacetan adalah kuantitas kendaraan, perlintasan kereta api dan simpul jalan yang kurang efisien.

Kemacetan tentunya mengakibatkan berbagai masalah namun juga menambah lapangan pekerjaan di antaranya akibat dari kemacetan:

  1. Banyak waktu yang terbuang, karena seseorang yang dahulu/normalnya hanya menghabiskan waktu 30 menit dari rumah (daerah asal) menuju daerah tujuan berubah menjadi 2 jam. Berarti orang tersebut telah membuang waktunya dijalan selama 1 jam 30 menit.
  2. Membuang tenaga, karena kendaraan pribadi yang memnuhi jalan di kendarai oleh seorang diri atau tanpa supir.
  3. Membuang energi. Kemacetan merupakan penyebab utama dalam pemborosan pemakaian energi, karena tidak mungkin kendaraan mematikan kendaraanya sebab macet disini diartikan masih bisa bergerak tidak seperti macet saat mudik yang dalam waktu 1 jam bisa tidak bergerak sama sekali.
  4. Lingkungan yang tidak sehat. Dikatakan sebagai lingkungan yang tidak sehat karena menyebabkan banyak polusi udara dengan berbagai macam warna dan bau asap kendaraan bergantung pada jenis kendaraan dan energi yang digunakan. Tentunya hal ini sangat berpengaruh dengan penyebab timbulnya penyakit ISPA sebagai sesama pengguna jalan atau bagi perumahan yang berada di pinggir jalan.
  5. Banyak sampah. Sampah dijalanan juga bertambah, karena pada umumnya macet ditanjung barat terjadi pada pagi hari, dimana yang menaiki kendaraan pribadi dengan jenis mobil biasanya menyempatkan sarapannya di saat perjalanan dan sampah dari sarapannya  yang mereka bawa dibuang kejalan. Adapun jenis sampah yang sering dibuang dari mobil kejalan yaitu sampah plastik roti dan botol minuman. Sedangkan pada pengguna jalan dengan menaiki angkutan umum biasanya makan sarapannya yang di beli dekat rumah seperti bakwan, tahu, ketan, lontong yang diplastikkan dan menggunakan sambel dengan aqua gelas. Karena sudah sesak di angkot karena banyak orang dan plastik yang masih ada sedikit sambal jika dibuang didalam mobil akan berceceran sehingga mereka juga membuangnya ke jalan.
  6. Banyak penjual makanan/minuman/dll.  Dalam kemacetan tentunya menyebabkan para pengendara bosan dan jenuh yang biasanya berefek pada kebiasan ngemil dan para penjual di pinggir jalan akan menyediakannya berupa uli goreng, kue onde, kerupuk kulit, rujak, kacang, dll serta minuman aneka rasa dan merk. Hal ini memiliki nilai positif dan negatifnya. Di sisi positif, ini akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dalam memperoleh penghasilan namun di sisi negatif juga kembali dengan tentang sampah yang telah dibahas pada poin 5.
  7. Keselamatan dan keamanan. Keselamatan dan keamanan disini lebih pada ke para penyebrang jalan di zebra cross. Meskipun ada zebra cross dalam kemacetan tentunya menjadi hal yang di hiraukan. Dan dalam kemacetan biasanya sepeda motor mencari sela yang bisa dilaluinya agar bisa lebih cepat dengan menyelip mobil dan kecepatannya kadang ada yang suka ”ngebut-ngebut berhenti” yang biasa membingungkan para penyebrang sehingga terlihat maju mundur.
  8. Distribusi muatan terhambat.
  9. Berkurangnya lahan untuk ruang terbuka hijau. Banyaknya kendaraan yang ada di Jakarta menyebabkan kebutuhan akan ketersediaan lebar jalan juga besar. Jakarta yang seharusnya memiliki 30% RTH (Lahan Terbuka Hijau) nyatanya hingga saat ini hanya mendapatkan angka 6% untuk RTH di seluruh kawasan DKI Jakarta. Kebutuhan akan RTH tersebut dirasa penting karena merupakan aspek yang menunjang ketersediaan air dan udara bersih. Disini terlihat perubahan penggunaan lahan dari RTH menjadi pelebaran jalan.

Demikian hasil diskusi kelompok kami mengenai analisi sebab dan akibat kemacetan di tanjung barat. Terimakasih. –wassalam-

tanjung barat 5tanjung barat 6tanjung barat 7

Sumber Referensi

Sefrian. 2011. Artikel. Jumlah Penduduk Jakarta Dekati Ambang Batas. Di akses melalui http://sefrian92.blogspot.com/2011/09/jumlah-penduduk-jakarta-dekati-ambang.html

BPS. 2011. Hasil sensus. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1

Sumber gambar

Observasi, menggunakan kamera hp pada tanggal 8/12/2011 oleh Nur Aliyah dan A Azis Kurniawan

Sketsa yang dibuat kemudian di foto menggunakan kamera hp tanggal 7/12/2011 oleh Nur Aliyah

Citra satelit geo eye, google earth 2011